Aku adalah makhluk kenangan. Aku masih ingat syahdunya angin di pinggiran Mookervart di Kalideres. Sukar kali aku menyalakan rokok di sana. Namun, saat rokok itu menyala, satu hisapan, tahan sebentar, hempaskan. Fiuuh... Lega rasanya... Untuk sesaat. Maka akan kuulangi lagi perbuatan itu, sampai bosan kumenghisap, atau sampai kretekku habis. Lalu aku kan kembali lagi, merasakan kekosongan di tengah bisingnya truk tronton, klakson angkot, deru bis kota, dan kebisingan yang hanya ada di kepalaku. "Akan kemana kalian pergi kawan? Aku ikut, kalau boleh." "Masih adakah tempat untukku, kawan? Di mana saja, asal aku ikut." Terang saja, tidak akan kudengar jawaban dari mereka, karena pertanyaan itu hanya ada di kepalaku. Tak sampai meluncur keluar dari mulutku yang biasanya lancar sekali meracau. "Kawan, sampai jumpa lagi. Hubungi aku. Kalian tau aku makhluk setia, dan naif. Nomorku tak kan kuganti. Aku siap mendengar semua cerita kalian" ..... Aku telah...