Langsung ke konten utama

Sampai jumpa kembali...!


Alhamdulillah, saya patut bersyukur bahwa selama saya masuk di dunia kerja, saya bertemu dengan para atasan langsung yang luar biasa. Dedikasi dan kapabilitasnya sungguh sangat menginspirasi saya. Namun sebagaimana statistik, selalu saja ada pencilan. Harap dimaklumi. 

Wawasan saya tentang atasan paling baik hanya terbatas pada Bu Evi Karmilah. Beliau adalah seorang veteran di bidang migas. Kalau tak salah dari pertama penempatan sampai jadi Kasi, beliau selalu di migas. Bukti kehebatan beliau adalah, beliau lah yang merancang hampir semua kertas kerja migas sampai akhirnya dilakukan penyesuaian oleh veteran lainnya, yaitu mas Yudi.

Hidup yang terus bergerak maju akhirnya mengharuskan saya menembus batasan wawasan saya. Ternyata ada Kasi yang lebih hebat dari Bu Evi. Jika saja beliau mempunyai waktu yang sama dengan Bu Evi, saya yakin pengetahuan beliau akan melampaui Bu Evi. Tipe bekerjanya mirip, kecepatan pemahaman akan hal baru sangat cepat, biarpun tidak sampai sedetil Bu Evi. Justru dengan kadar pengetahuan yang tak sampai detil itulah kekuatan beliau berada. Beliau dapat langsung nyambung dengan penjelasan njelimet, lalu dapat pula menyampaikannya kepada orang lain dengan sangat baiknya. Buat saya, beliau punya kemampuan public speaking yang mumpuni. Hal yang kurang dimiliki Bu Evi, apalagi saya. 

Meminjam perkataan Ibrahimovich tentang Jose Mourinho, atasan yang saya ceritakan ini adalah atasan yang saya-rela-mati-untuknya. Saya rasa ini tidak berlebihan. Dengan beban kerja yang luar biasa, anggota tim yang tak bisa excel, tak pandai ngomong, dan suka ngilang, beliau berhasil memanage tim ini dengan sangat baik. Oya, beliau Kasi termuda di subdit, dan Kasi andalan tentunya. Akan sangat panjang cerita saya tentang hal-hal baik dari atasan saya ini. Yang jelas, beliau adalah role model terbaik seorang atasan. Saya pikir, tidak ada yang tak suka dengannya. 

Sebenarnya, alasan saya untuk tidak mendaftar talent beasiswa, salah satunya, dan bukan satu-satunya adalah agar saya dapat membantu beliau mempersiapkan estafet pengetahuan kepada pegawai selanjutnya. Namun apa daya, itulah hidup. Tuhan selalu tahu yang terbaik bagi makhluknya. Bisa jadi saya tak boleh terus menunda pencarian beasiswa saya, bisa jadi saya tidak boleh terlalu terlena dengan zona nyaman. Pastinya, saya dan beliau harus terus melangkah maju. 

Hampir enam tahun lalu, saya meninggalkan migas dengan hati yang 75% lapang. Masih ada Si Bray dan para veteran lainnya yang menemani Bu Evi. Kemampuan saya ini juga hanya pelengkap buat Bu Evi. Toh, saya siap membantu kapanpun dibutuhkan. Namun kali ini, saya meninggalkan migas dengan banyak kesesakan. Banyak hal detil yang belum ditransfer dengan baik. Subdit kami dalam keadaan yang defisit pegawai. Sudah tak banyak lagi veteran. Si Bray hampir pasti melanjutkan menuntut ilmu. Terus terang saya khawatir dengan atasan saya ini. Beliau mengawali kedatangan di migas dengan perawatan di rumah sakit, jangan sampai terulang lagi. Belum lagi kanjeng ratu banyak sekali maunya. Ah.. Payah sekali.. 

Di tengah kegusaran itu, saya teringat, bahwa kesamaan Bu Evi dan atasan saya ini adalah perbekalan senjata yang tiap umat muslim tahu, tapi tak mau tahu. Dengan segenap kerendahan hati, beliau pasti akan selalu dilindungi, dijaga, diberi kekuatan, dan dilancarkan usahanya oleh Sang Empunya Waktu. Saya yakin beliau akan terus dimudahkan, entah bagaimana caranya. Yang jelas, dengan cara-cara yang paling baik. 



Sampai jumpa lagi, Mba Hani..!! 



Cause the hardest part of this, is leaving you.

Cancer by My Chemical Romance

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemimpin itu...

lima nama yang saya idolakan sebagai pemimpin. 1. Tan Malaka Tan malaka adalah seorang pemberani dan seorang pemimpin pergerakan yang revolusioner. Bisa dibilang, saat itu Tan Malaka adalah seorang pemberontak yang sebenar-benarnya, karena sangat berani memperjuangkan nilai-nilai yang sangat dia yakini.  Dalam hal patriotisme, Tan Malaka adalah inspirasi saya. Karir pergerakan Tan Malaka dimulai dari pengalamannya saat menjadi guru bagi para buruh tebu. Tan Malaka kala itu tak mampu menahan amarahnya atas perlakuan tidak adil Belanda terhadap kaum pribumi. Berawal dari itu, Tan Malaka berusaha untuk terus melawan penjajahan Belanda dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seratus persen. Dalam kehidupan pergerakannya, Tan Malaka bergabung dengan Partai Komunis Hindia yang kala itu berjalan dengan seadanya. Singkat cerita, Tan Malaka berhasil membuat Partai Komunis diperhitungkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai partai pergerakan yang berbahaya. Tan Malaka terus meyaki...

Pertama

This is the first time! The first step! Pecah telur! Belah duren! Apapun istilahnya, inilah yang berhasil saya tulis pertama kali dalam blog ini. Saya ingin menulis lebih banyak lagi. Ingin menuangkan ide-ide lainnya. Sudah saatnya saya bukan hanya memperhatikan. Bukan hanya diam ataupun mengoceh sendiri. Saatnya menuangkannya! Untuk diri saya sendiri, Selamat!!!!