Langsung ke konten utama

Teorinya Yang Salah, Atau?



Jika kita berbicara tentang perilaku-perilaku menggemaskan sebagian orang, dengan lawan bicara kita, sudah pasti tak kan ada habisnya. Sambung-menyambung kata, kalimat, paragraf. Kita akan bertambah geram sendiri. Lalu menumpahkan kegeraman kita dengan membalas kata, kalimat, paragraf.

Angkat sebuah topik dalam obrolan kita tentang perilaku pengendara motor yan gsaling serobot. Atau topik tentang korupsi, atau penyerobotan lahan. Wuiih,, pasti bakal nyambung terus, deh… entah itu cerita dari kita sendiri atau dari teman kita yang kita ceritakan lagi.

Namun, seberapa sering kita mengangkat topik-topik menggemaskan tersebut dalam obrolan? Jika terlalu sering dan berapi-api, maka dalam pikiran saya bisa jadi kita sangat membenci perbuatan itu. Orang yang sering mengangkat topik menggemaskan, pasti punya banyak bahan yang akan dia ceritakan. Darimana dia mendapat cerita itu? Oke, begini. Jika kamu tidak suka bawang goreng dalam makananmu, sekecil apapun bawang goreng itu pasti bakal terlihat olehmu. Yah, semacam itulah orang yang punya banyak cerita dengan topik menggemaskan.

Teorinya: 
“Karena saya membenci suatu perbuatan yang menggemaskan, saya bakal lebih memperhatikan orang yang bertingkah menggemaskan, jadi saya bakal punya banyak cerita dengan topik menggemaskan, kemudian saya akan menceritakannya dalam suatu obrolan. “

Namun dengan mata kepala saya sendiri, seorang yang sering mengangkat topik menggemaskan dengan tidak tahu diri, mengambil setengah lusin tusuk sate dan sepiring penuh lontong! Padahal, sudah tertera dengan jelas konsumsi sate dan lontong tersebut untuk peserta rapat. Kalaupun memang kepingin sampe ngiler, pastinya bakal minta ijin, lalu ngambil cuma dua-tiga tusuk sate dengan dua-tiga potong lontong. Dan yang menyedihkan, saya yang peserta rapat hanya mengambil tiga-empat tusuk sate dengan empat-lima potong lontong, bahkan peserta rapat yang lain pun belum sempat mengambil sate lontong itu. Oh iya, ada juga seorang yang dikenal dosen yang ikut-ikutan kaya gitu.

Gimana? teori saya yang salah atau memang banyak sekali orang brengsek?

There is no more respect

Brengsek!!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai jumpa kembali...!

Alhamdulillah, saya patut bersyukur bahwa selama saya masuk di dunia kerja, saya bertemu dengan para atasan langsung yang luar biasa. Dedikasi dan kapabilitasnya sungguh sangat menginspirasi saya. Namun sebagaimana statistik, selalu saja ada pencilan. Harap dimaklumi.  Wawasan saya tentang atasan paling baik hanya terbatas pada Bu Evi Karmilah. Beliau adalah seorang veteran di bidang migas. Kalau tak salah dari pertama penempatan sampai jadi Kasi, beliau selalu di migas. Bukti kehebatan beliau adalah, beliau lah yang merancang hampir semua kertas kerja migas sampai akhirnya dilakukan penyesuaian oleh veteran lainnya, yaitu mas Yudi. Hidup yang terus bergerak maju akhirnya mengharuskan saya menembus batasan wawasan saya. Ternyata ada Kasi yang lebih hebat dari Bu Evi. Jika saja beliau mempunyai waktu yang sama dengan Bu Evi, saya yakin pengetahuan beliau akan melampaui Bu Evi. Tipe bekerjanya mirip, kecepatan pemahaman akan hal baru sangat cepat, biarpun tidak sampai sedetil Bu Evi....

Pemimpin itu...

lima nama yang saya idolakan sebagai pemimpin. 1. Tan Malaka Tan malaka adalah seorang pemberani dan seorang pemimpin pergerakan yang revolusioner. Bisa dibilang, saat itu Tan Malaka adalah seorang pemberontak yang sebenar-benarnya, karena sangat berani memperjuangkan nilai-nilai yang sangat dia yakini.  Dalam hal patriotisme, Tan Malaka adalah inspirasi saya. Karir pergerakan Tan Malaka dimulai dari pengalamannya saat menjadi guru bagi para buruh tebu. Tan Malaka kala itu tak mampu menahan amarahnya atas perlakuan tidak adil Belanda terhadap kaum pribumi. Berawal dari itu, Tan Malaka berusaha untuk terus melawan penjajahan Belanda dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seratus persen. Dalam kehidupan pergerakannya, Tan Malaka bergabung dengan Partai Komunis Hindia yang kala itu berjalan dengan seadanya. Singkat cerita, Tan Malaka berhasil membuat Partai Komunis diperhitungkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai partai pergerakan yang berbahaya. Tan Malaka terus meyaki...

Pertama

This is the first time! The first step! Pecah telur! Belah duren! Apapun istilahnya, inilah yang berhasil saya tulis pertama kali dalam blog ini. Saya ingin menulis lebih banyak lagi. Ingin menuangkan ide-ide lainnya. Sudah saatnya saya bukan hanya memperhatikan. Bukan hanya diam ataupun mengoceh sendiri. Saatnya menuangkannya! Untuk diri saya sendiri, Selamat!!!!