Langsung ke konten utama

Apa Pula yang Kau Nikmati?

Generasi 90-an, atau generasi 2000-an, apa yang mau dibanggakan? Kita ini pada akhirnya bermuara pada generasi gadget, generasi ribet dgn otak mampet dan mulut suka kebelet.

Suatu ketika, ada acara dari tempat saya bekerja, salah satu rangkaian dalam acara tersebut adalah menikmati medan offroad dengan landy. Oke, dalam hati saya, saya akan mengabadikan momen-momen yang ada. Saya akan menyiapkan kamera hape saya, jepret sana-sini sebagai kenangan.

Siaap!! Rombongan kami pun jalan. Saya mulai mengoperasikan hape saya. Jepretan awalan, kemudian buat video. Asiik... setelah beberapa saat saya pun merasa cukup. Simpan dulu lah, nanti lagi foto-fotonya... ya, sekitar tiga puluh menit berikutnya saya tidak mengoperasikan hape saya. Saya lebih asyik melihat kiri dan kanan, menikmati pemandangan.

Sampailah kami di tengah kebun teh yang diselimuti kabut, kebetulan ada ruang untuk rombongan landy yang kami sewa berhenti. Kalian dapat menebak apa yang terjadi, foto sana, kemudian sini, yang itu pun tak lupa jua. Hey, kamera go pronya pake dong, ayo foto kita.

Sebagian besar kami sibuk berfoto, bukan sibuk menikmati. Berkelompok, sendiri, dengan berbagai macam kamera. "Foto depan landy keren kali ya" pikir saya, "tapi ini landy bukan punya gua, apa bangganya? Pamer udah pernah naik landy gitu? Yaelah, pengalaman ga harus dibuktikan pake foto kali". Okay, saya urungkan niat.

Hey, pertigaan di depan kami diboikot. Rombongan kami tidak dapat masuk jalur yang direncanakan sebelumnya, padahal jalur tersebut adalah jalur yang cocok untuk pemula seperti kami. Yasudahlah, entah apa masalahnya kami lewat jalur lain yang kurang cocok bagi kami.

Jalan ini memang lebih penuh rintangan, mobil miring, terhempas, hingga akhirnya terperosok dan tidak dapat lagi. Harus ada bantuan. Ah, sungguh serunya...
 "tunggu, foto dulu. Hasil foto yang tadi juga sudah dibagikan di grup anu dan anu... wah.. merasa keren deh.."
Kemudian? Foto lagi, lagi, lagi.

Saya tidak tahu, apa memang jiwa jurnalistik dalam kita yang sekarang ini lebih tinggi atau bagaimana sehingga kita ingin sekali memoto sana-sini.

Hingga pada beberapa hari lalu, saya pergi berekreasi ke sebuah waterpark... istri saya mengajak berfoto, di depan pintu masuk, sebagai kenangan karena ada ibu mertua saya juga waktu itu. Saya pikir ini adalah hal normal. Tapi jika membawa handphone sampai masuk kolam?

Sungguh saya tidak dapat mengerti lagi, apa pula yang kita ingin dapatkan? Apa pula yang kita ingin nikmati? Tidak bisakah berfoto sejenak di pinggir kolam, lalu sudah. Nikmati momen ini.

Niat saya adalah untuk berekreasi dgn keluarga. Mariana pun sudah waktunya dikenalkan dengan air sebanyak ini. Saya tidak tahu, apa alasan mereka yang rela melapisi hape gadgetnya agar anti air. Apa pula yang ingin mereka abadikan di tempat penuh air seperti ini? mamah muda seksi?

Kembali lagi soal offroad, selepas mobil yang saya tumpangi terperosok, saya tidak mengabadikan apa-apa lagi. Selain karena tidak bisa saya mengabadikannya karena kami terbanting-banting, untuk apa lagi? Pengalaman offroad ini untuk dinikmati, untuk diresapi, dihayati, apa yang bisa dijadikan pelajaran. Mengerti?

Saya pikir kita semua, baik generasi 90an maupun 2000an, sadarlah! Kita ada di masa kini. Mungkin kita bangga dengan masa kecil yang mengasyikan, tanpa gadget, lalu yang ada di sakumu itu apa? Yang sedang kau pegang itu apa?

Generasi 2000an, berbanggalah kamu. Di tahun-tahun mendatang, kelak kamu tidak perlu bekerja. Kamu hanya akan bermain, tidak perlu stres, bisa lebih banyak meluangkan waktu dengan teman-temanmu dari seluruh dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai jumpa kembali...!

Alhamdulillah, saya patut bersyukur bahwa selama saya masuk di dunia kerja, saya bertemu dengan para atasan langsung yang luar biasa. Dedikasi dan kapabilitasnya sungguh sangat menginspirasi saya. Namun sebagaimana statistik, selalu saja ada pencilan. Harap dimaklumi.  Wawasan saya tentang atasan paling baik hanya terbatas pada Bu Evi Karmilah. Beliau adalah seorang veteran di bidang migas. Kalau tak salah dari pertama penempatan sampai jadi Kasi, beliau selalu di migas. Bukti kehebatan beliau adalah, beliau lah yang merancang hampir semua kertas kerja migas sampai akhirnya dilakukan penyesuaian oleh veteran lainnya, yaitu mas Yudi. Hidup yang terus bergerak maju akhirnya mengharuskan saya menembus batasan wawasan saya. Ternyata ada Kasi yang lebih hebat dari Bu Evi. Jika saja beliau mempunyai waktu yang sama dengan Bu Evi, saya yakin pengetahuan beliau akan melampaui Bu Evi. Tipe bekerjanya mirip, kecepatan pemahaman akan hal baru sangat cepat, biarpun tidak sampai sedetil Bu Evi....

Pemimpin itu...

lima nama yang saya idolakan sebagai pemimpin. 1. Tan Malaka Tan malaka adalah seorang pemberani dan seorang pemimpin pergerakan yang revolusioner. Bisa dibilang, saat itu Tan Malaka adalah seorang pemberontak yang sebenar-benarnya, karena sangat berani memperjuangkan nilai-nilai yang sangat dia yakini.  Dalam hal patriotisme, Tan Malaka adalah inspirasi saya. Karir pergerakan Tan Malaka dimulai dari pengalamannya saat menjadi guru bagi para buruh tebu. Tan Malaka kala itu tak mampu menahan amarahnya atas perlakuan tidak adil Belanda terhadap kaum pribumi. Berawal dari itu, Tan Malaka berusaha untuk terus melawan penjajahan Belanda dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seratus persen. Dalam kehidupan pergerakannya, Tan Malaka bergabung dengan Partai Komunis Hindia yang kala itu berjalan dengan seadanya. Singkat cerita, Tan Malaka berhasil membuat Partai Komunis diperhitungkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai partai pergerakan yang berbahaya. Tan Malaka terus meyaki...

Pertama

This is the first time! The first step! Pecah telur! Belah duren! Apapun istilahnya, inilah yang berhasil saya tulis pertama kali dalam blog ini. Saya ingin menulis lebih banyak lagi. Ingin menuangkan ide-ide lainnya. Sudah saatnya saya bukan hanya memperhatikan. Bukan hanya diam ataupun mengoceh sendiri. Saatnya menuangkannya! Untuk diri saya sendiri, Selamat!!!!