Aku yakin, dalam pikiran kamu—kalau kamu bukan seorang
seniman—romantisme terhubungkan dengan sepasang kekasih, terkadang terhubungkan
dengan pengorbanan, dengan cara rumit, dengan lampu temaram, atau dengan khalayak
ramai. Yah, bagi sebagian besar orang melamar kekasih di depan khalayak ramai
merupakan perbuatan romantis. Tak salah memang, namun hal yang tak salah bisa jadi belum tentu benar, bisa setengah benar atau benar dengan alasan. Bisa bermacam-macam.
Tapi kita sepakat bahwa romantisme berhubungan kuat dengan
perasaan. Memang begitulah seharusnya. Seberapa sering kamu melihat atau
merasakan hal-hal romantis? Tergantung dari bagaimana definisimu, bergantung
seberapa kuat kamu merasakan emosi orang lain, seberapa besar kamu merelakan
dirimu terpengaruh oleh emosi orang lain, bukan berarti cengeng, namun kamu
mencoba menyatukan perasaanmu.
Bagaimana jika seperti ini… suatu pagi dalam kereta komuter,
kamu mendapati seorang gadis kecil bersenda gurau dengan ayahnya. Bahagia sekali
mereka. Sang ayah, hanya memakai bajunya yang sederhana, pun dengan putrinya hanya
baju yang dibeli di pasar malam. Sesekali ayahnya mencium kepala putrinya,
memeluknya dan tersenyum. Hari itu adalah hari kerja, juga hari normal bagi
anak-anak bersekolah. Tidak ada yang tahu kemana tujuan ayah dan putrinya itu. Tapi
yang dapat diketahui adalah mereka bahagia, mereka tertawa.
Apakah itu mengusik keromantisanmu?
Dalam suatu sore, di terminal pasar senen. Yah kamu tahu lah
terminal itu tempatnya seperti apa. Dari arah pasar bertingkat. Pemerannya masih
ayah dan gadis kecilnya, namun sang gadis kecil hanya memakai kutang. Mereka berdua
sedang melihat pemandangan. Yah, pemandangan itu kata netral. Sang gadis
tertawa manja, menyenderkan tubuh kecilnya ke pelukan ayahnya, di sore yang
mendung, di tengah kesibukan terminal, di tengah umpatan dan teriakan…
Kedua kejadian itu saya lihat sendiri, saya alami sendiri,
dan saya merasakan aliran perasaan yang kuat. Mungkin juga karena saya memiliki
anak gadis, sehingga saya lebih dapat merelakan diri saya terpengaruh sehingga
dapat menyatukan emosi.
Saya rasa kita akan sepakat bahwa mereka bahagia. Mereka bahagia
dengan cara sederhana. Lalu akan ada anggapan, mengapa tidak saya singgung
dalam tulisan mengenai kebahagiaan?
Bahagia itu sebuah perasaan, jika kamu bilang bahagia itu
sederhana, maka sesungguhnya perasaan juga sesederhana itu. Romantisme berhubungan
dengan perasaan, begitu pula kebahagiaan. Maka cobalah rasakan romantisme di
sekitarmu, relakan dirimu terpengaruh, rasakan emosinya, kamu akan mendapati
emosi positif, sebuah tangisan kebahagiaan mungkin bisa kamu dapatkan.
Seorang istri yang membantu suaminya mendorong gerobak
sayur, itulah romantisme.
Beberapa brengsek yang saling bahu-membahu menggapai mimpi,
itulah romantisme.
Jika kau dapati anak istrimu tak sabar menantimu pulang
dengan membawa sepotong camilan, itulah romantisme.
Rasakanlah, biarkan dirimu terpengaruh, biarkan emosimu
menyatu…
Ah, yahh... mungkin kamu perlu pergi ke Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar