Langsung ke konten utama

Perasaan Sayang, Seharusnya Berkorelasi Positif dengan Kesabaran.



Aku adalah seorang ayah yang sangat sayang kepada anakku. Aku adalah ayah yang sering sekali merindukan anakku di kala aku sedang bekerja. Apalagi jika aku melihat seorang anak balita, ingatanku pasti akan tertuju kepada anakku.

Anakku adalah seorang gadis kecil yang periang. Saat aku menulis tulisan ini, umurnya bari dua tahun tiga bulan tapi besar tubuhnya sudah seperti anak 3 tahun lebih. Anakku memang termasuk besar jika dibanding dengan teman-teman sebayanya. Namun jika untuk orang yang jeli melihat, sangat nampak bahwa biarpun badannya besar, tapi mukanya tidak dapat bohong bahwa umurnya tidak melebihi besar badannya. Kalau kata orang sih, bongsornya anakku ini karena bawaan dari genku.

Aku sudah mengatakan tadi, bahwa anakku adalah anak yang periang. Anakku ini, jika sudah keluar bermain memang tidak akan ingat pulang, sama seperti anak kecil kebanyakan. Namun yang jadi pembeda adalah dia akan berlari kesana kemari, biarpun badannya besar, dia akan terus berlari. Anakku ini tipe anak yang tidak bisa duduk untuk waktu yang lama jika sdah bermain.

Di dalam rumah pun, dia akan berlarian, memakai sepedanya, atau mobilannya, kemudian kembali berlari lagi. Dia hanya akan diam kalau sudah menonton film kartun. Anakku ini akan melongo di depan TV, hanya akan bersuara jika iklan, dan akan melongo lagi kalau acaranya sudah mulai.
Kami, dalam dua minggu sekali akan mengunjungi rumah orang tuaku. Aku ingin memberikan hak kepada nenek dan kakeknya bertemu cucunya. Biarpun orang tuaku belum terlalu sepuh, namun yang patut kita sadari, orang tua kita lebih banyak membutuhkan kebahagiaan batin daripada kebahagiaan duniawi. Aku berusaha memenuhi kebahagiaan batin itu dengan mengajak anakku mengunjungi kakek dan neneknya.

Anakku, memang adalah anugerah besar yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa. Awalnya, dalam pernikahanku aku biasa-biasa saja soal ingin mempunyai anak. Aku berpikiran kalau memang istriku segera hamil ya bagus, kalau tidak, ya sudah. Namun memang Allah selalu punya cara untuk menyadarkan hambanya. Mungkin kamu bisa membacanya dalam tulisanku yang satu ini.
Aku akan sangat berharap agar pasangan yang belum memiliki keturunan segera diberi keturunan, aku tidak akan membahas masalah kenapa mereka belum diberi keturunan, kecuali dalam keadaan yang sangat personal.

Sekarang masalahnya adalah, biarpun aku telah sadar bahwa anakku adalah anugerah yang besar dalam hidupku, aku masih belum mampu mengendalikan emosiku. Aku akan sangat marah kalau anakku ini susah tidur. Padahal bisa jadi ini dikarenakan ada yang tak beres dengan tubuhnya. Itulah kesalahanku yang masih terus aku lakukan. Tulisan ini sebenarnya merupakan pengingat bagi diriku, bahwa jika memang aku sayang anakku, seharusnya aku lebih bisa menahan emosiku.

Di akhir tulisan ini, aku ingin meminta maaf kepada anakku. Jika kamu, anakku membaca ini kelak, maafkan pap yang tidak terlalu bisa menahan emosi saat kamu tidak bisa tidur.


Salam sayang dari pap…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai jumpa kembali...!

Alhamdulillah, saya patut bersyukur bahwa selama saya masuk di dunia kerja, saya bertemu dengan para atasan langsung yang luar biasa. Dedikasi dan kapabilitasnya sungguh sangat menginspirasi saya. Namun sebagaimana statistik, selalu saja ada pencilan. Harap dimaklumi.  Wawasan saya tentang atasan paling baik hanya terbatas pada Bu Evi Karmilah. Beliau adalah seorang veteran di bidang migas. Kalau tak salah dari pertama penempatan sampai jadi Kasi, beliau selalu di migas. Bukti kehebatan beliau adalah, beliau lah yang merancang hampir semua kertas kerja migas sampai akhirnya dilakukan penyesuaian oleh veteran lainnya, yaitu mas Yudi. Hidup yang terus bergerak maju akhirnya mengharuskan saya menembus batasan wawasan saya. Ternyata ada Kasi yang lebih hebat dari Bu Evi. Jika saja beliau mempunyai waktu yang sama dengan Bu Evi, saya yakin pengetahuan beliau akan melampaui Bu Evi. Tipe bekerjanya mirip, kecepatan pemahaman akan hal baru sangat cepat, biarpun tidak sampai sedetil Bu Evi....

Pemimpin itu...

lima nama yang saya idolakan sebagai pemimpin. 1. Tan Malaka Tan malaka adalah seorang pemberani dan seorang pemimpin pergerakan yang revolusioner. Bisa dibilang, saat itu Tan Malaka adalah seorang pemberontak yang sebenar-benarnya, karena sangat berani memperjuangkan nilai-nilai yang sangat dia yakini.  Dalam hal patriotisme, Tan Malaka adalah inspirasi saya. Karir pergerakan Tan Malaka dimulai dari pengalamannya saat menjadi guru bagi para buruh tebu. Tan Malaka kala itu tak mampu menahan amarahnya atas perlakuan tidak adil Belanda terhadap kaum pribumi. Berawal dari itu, Tan Malaka berusaha untuk terus melawan penjajahan Belanda dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seratus persen. Dalam kehidupan pergerakannya, Tan Malaka bergabung dengan Partai Komunis Hindia yang kala itu berjalan dengan seadanya. Singkat cerita, Tan Malaka berhasil membuat Partai Komunis diperhitungkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai partai pergerakan yang berbahaya. Tan Malaka terus meyaki...

Pertama

This is the first time! The first step! Pecah telur! Belah duren! Apapun istilahnya, inilah yang berhasil saya tulis pertama kali dalam blog ini. Saya ingin menulis lebih banyak lagi. Ingin menuangkan ide-ide lainnya. Sudah saatnya saya bukan hanya memperhatikan. Bukan hanya diam ataupun mengoceh sendiri. Saatnya menuangkannya! Untuk diri saya sendiri, Selamat!!!!