Langsung ke konten utama

Duh alah si Angin

Air adalah media yang tepat untuk menyembuhkan. Pak Sobri si orang pintar itu selalu memakai air sebagai media penyembuhannya. Doa-doa yang dilantunkannya akan diserap oleh molekul-molekul air, sehingga saat air pemberian Pak Sobri diminum, pasien akan berangsur sembuh karena doa-doa yang dipanjatkan dengan tulus menyatu ke dalam sel-sel pasien. Sel yang sakit akan menarik molekul air doa lebih banyak. 

Tubuh memang seperti itu, mempunyai caranya sendiri untuk tetap hidup. Namun kali ini Pak Sobri bingung. Pasiennya adalah Angin. Bagaimanapun Angin adalah momok paling serius di tubuh manusia. Jika seseorang sudah kena angin, dia harus jadi pintar dulu untuk sembuh. Air doa Pak Sobri tidak akan berhasil kalau orang itu belum pintar. Jika sudah betah dia di tubuh manusia, angin akan memaksa untuk duduk. 

Sungguh celaka si Angin ini. Memangnya seberapa parah sakitnya? Ini ancaman serius. Dia minta diobati dengan media lautan! Pak Sobri harus pintar-pintar memilih lautan mana yang dapat menyembuhkan si Angin ini. Alih-alih kesembuhan, yang ada terjadilah badai. Angin dan air lautan hanya akan berkemelut sampai masing-masing dari mereka merasakan tuntas. Lagi pula, doa sekuat apa yang harus Pak Sobri lantunkan agar molekul air laut dapat menyatu dengan doanya, sebelum doanya hanya akan hanyut dan tersapu, entah menyatu dengan bagian laut mana. 

Tugas Pak Sobri kali ini memang rumit. Namun kata Pak Sobri, imbalan yang didapat sepadan dengan kerumitannya. 

"Duh alah, Biyung..."

"Tak ngopi sik"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai jumpa kembali...!

Alhamdulillah, saya patut bersyukur bahwa selama saya masuk di dunia kerja, saya bertemu dengan para atasan langsung yang luar biasa. Dedikasi dan kapabilitasnya sungguh sangat menginspirasi saya. Namun sebagaimana statistik, selalu saja ada pencilan. Harap dimaklumi.  Wawasan saya tentang atasan paling baik hanya terbatas pada Bu Evi Karmilah. Beliau adalah seorang veteran di bidang migas. Kalau tak salah dari pertama penempatan sampai jadi Kasi, beliau selalu di migas. Bukti kehebatan beliau adalah, beliau lah yang merancang hampir semua kertas kerja migas sampai akhirnya dilakukan penyesuaian oleh veteran lainnya, yaitu mas Yudi. Hidup yang terus bergerak maju akhirnya mengharuskan saya menembus batasan wawasan saya. Ternyata ada Kasi yang lebih hebat dari Bu Evi. Jika saja beliau mempunyai waktu yang sama dengan Bu Evi, saya yakin pengetahuan beliau akan melampaui Bu Evi. Tipe bekerjanya mirip, kecepatan pemahaman akan hal baru sangat cepat, biarpun tidak sampai sedetil Bu Evi....

Pemimpin itu...

lima nama yang saya idolakan sebagai pemimpin. 1. Tan Malaka Tan malaka adalah seorang pemberani dan seorang pemimpin pergerakan yang revolusioner. Bisa dibilang, saat itu Tan Malaka adalah seorang pemberontak yang sebenar-benarnya, karena sangat berani memperjuangkan nilai-nilai yang sangat dia yakini.  Dalam hal patriotisme, Tan Malaka adalah inspirasi saya. Karir pergerakan Tan Malaka dimulai dari pengalamannya saat menjadi guru bagi para buruh tebu. Tan Malaka kala itu tak mampu menahan amarahnya atas perlakuan tidak adil Belanda terhadap kaum pribumi. Berawal dari itu, Tan Malaka berusaha untuk terus melawan penjajahan Belanda dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seratus persen. Dalam kehidupan pergerakannya, Tan Malaka bergabung dengan Partai Komunis Hindia yang kala itu berjalan dengan seadanya. Singkat cerita, Tan Malaka berhasil membuat Partai Komunis diperhitungkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai partai pergerakan yang berbahaya. Tan Malaka terus meyaki...

Pertama

This is the first time! The first step! Pecah telur! Belah duren! Apapun istilahnya, inilah yang berhasil saya tulis pertama kali dalam blog ini. Saya ingin menulis lebih banyak lagi. Ingin menuangkan ide-ide lainnya. Sudah saatnya saya bukan hanya memperhatikan. Bukan hanya diam ataupun mengoceh sendiri. Saatnya menuangkannya! Untuk diri saya sendiri, Selamat!!!!