Air adalah media yang tepat untuk menyembuhkan.
Pak Sobri si orang pintar itu selalu memakai air sebagai media penyembuhannya. Doa-doa yang dilantunkannya akan diserap oleh molekul-molekul air, sehingga saat air pemberian Pak Sobri diminum, pasien akan berangsur sembuh karena doa-doa yang dipanjatkan dengan tulus menyatu ke dalam sel-sel pasien. Sel yang sakit akan menarik molekul air doa lebih banyak.
Tubuh memang seperti itu, mempunyai caranya sendiri untuk tetap hidup.
Namun kali ini Pak Sobri bingung. Pasiennya adalah Angin. Bagaimanapun Angin adalah momok paling serius di tubuh manusia. Jika seseorang sudah kena angin, dia harus jadi pintar dulu untuk sembuh. Air doa Pak Sobri tidak akan berhasil kalau orang itu belum pintar. Jika sudah betah dia di tubuh manusia, angin akan memaksa untuk duduk.
Sungguh celaka si Angin ini. Memangnya seberapa parah sakitnya? Ini ancaman serius. Dia minta diobati dengan media lautan! Pak Sobri harus pintar-pintar memilih lautan mana yang dapat menyembuhkan si Angin ini. Alih-alih kesembuhan, yang ada terjadilah badai. Angin dan air lautan hanya akan berkemelut sampai masing-masing dari mereka merasakan tuntas. Lagi pula, doa sekuat apa yang harus Pak Sobri lantunkan agar molekul air laut dapat menyatu dengan doanya, sebelum doanya hanya akan hanyut dan tersapu, entah menyatu dengan bagian laut mana.
Tugas Pak Sobri kali ini memang rumit. Namun kata Pak Sobri, imbalan yang didapat sepadan dengan kerumitannya.
"Duh alah, Biyung..."
"Tak ngopi sik"
Komentar
Posting Komentar