Langsung ke konten utama

Sebuah Refleksi

Setiap hal memang selalu ada pertentangannya, atau mungkin bisa dikatakan pasangannya. Seperti memang sudah ketentuan Ilahi. Biasa disebut hal-hal yang alamiah.

Sebagai pribadi, hal alamiah yang sering menimpaku adalah rasa bangga dengan diri sendiri dan kemudian, "Hei, aku in masih tidak ada apa-apanya". "Kalau kamu mau ngaca, banyak orang yang lebih dari pada dirimu". "Bahkan sebenarnya bagian dari dirimu bisa lebih dari dirimu". 

Damn! aku selalu bersyukur dengan hal-hal ini. Hal yang membuat diriku tersadar. Satu pujian, kemudian terlenalah diriku. Di saat aku bermimpi ingin ke Eropa, seniorku di kantor malah sudah berangkat ke Amerika. Saat diriku ingin berkeliaran ke luar negeri, hanya sekadar berwisata, teman "setongkronganku" sudah pergi ke Bangkok. Saat yang lain sibuk mengisi waktunya dengan seminar, apa yang aku lakukan?

Retorika, akan selalu ada. Aku pun masih berpikir apa yang menjadi fokusku? Mungkin aku terlalu takut untuk keluar dari zona nyamanku. Ah.. iya, itu dia. Mengapa aku baru menyadarinya? Oke, cukup sampai di sini. Aku cukupkan tulisan ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai jumpa kembali...!

Alhamdulillah, saya patut bersyukur bahwa selama saya masuk di dunia kerja, saya bertemu dengan para atasan langsung yang luar biasa. Dedikasi dan kapabilitasnya sungguh sangat menginspirasi saya. Namun sebagaimana statistik, selalu saja ada pencilan. Harap dimaklumi.  Wawasan saya tentang atasan paling baik hanya terbatas pada Bu Evi Karmilah. Beliau adalah seorang veteran di bidang migas. Kalau tak salah dari pertama penempatan sampai jadi Kasi, beliau selalu di migas. Bukti kehebatan beliau adalah, beliau lah yang merancang hampir semua kertas kerja migas sampai akhirnya dilakukan penyesuaian oleh veteran lainnya, yaitu mas Yudi. Hidup yang terus bergerak maju akhirnya mengharuskan saya menembus batasan wawasan saya. Ternyata ada Kasi yang lebih hebat dari Bu Evi. Jika saja beliau mempunyai waktu yang sama dengan Bu Evi, saya yakin pengetahuan beliau akan melampaui Bu Evi. Tipe bekerjanya mirip, kecepatan pemahaman akan hal baru sangat cepat, biarpun tidak sampai sedetil Bu Evi....

Pemimpin itu...

lima nama yang saya idolakan sebagai pemimpin. 1. Tan Malaka Tan malaka adalah seorang pemberani dan seorang pemimpin pergerakan yang revolusioner. Bisa dibilang, saat itu Tan Malaka adalah seorang pemberontak yang sebenar-benarnya, karena sangat berani memperjuangkan nilai-nilai yang sangat dia yakini.  Dalam hal patriotisme, Tan Malaka adalah inspirasi saya. Karir pergerakan Tan Malaka dimulai dari pengalamannya saat menjadi guru bagi para buruh tebu. Tan Malaka kala itu tak mampu menahan amarahnya atas perlakuan tidak adil Belanda terhadap kaum pribumi. Berawal dari itu, Tan Malaka berusaha untuk terus melawan penjajahan Belanda dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seratus persen. Dalam kehidupan pergerakannya, Tan Malaka bergabung dengan Partai Komunis Hindia yang kala itu berjalan dengan seadanya. Singkat cerita, Tan Malaka berhasil membuat Partai Komunis diperhitungkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai partai pergerakan yang berbahaya. Tan Malaka terus meyaki...

Pertama

This is the first time! The first step! Pecah telur! Belah duren! Apapun istilahnya, inilah yang berhasil saya tulis pertama kali dalam blog ini. Saya ingin menulis lebih banyak lagi. Ingin menuangkan ide-ide lainnya. Sudah saatnya saya bukan hanya memperhatikan. Bukan hanya diam ataupun mengoceh sendiri. Saatnya menuangkannya! Untuk diri saya sendiri, Selamat!!!!