Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Teorinya Yang Salah, Atau?

Jika kita berbicara tentang perilaku-perilaku menggemaskan sebagian orang, dengan lawan bicara kita, sudah pasti tak kan ada habisnya. Sambung-menyambung kata, kalimat, paragraf. Kita akan bertambah geram sendiri. Lalu menumpahkan kegeraman kita dengan membalas kata, kalimat, paragraf. Angkat sebuah topik dalam obrolan kita tentang perilaku pengendara motor yan gsaling serobot. Atau topik tentang korupsi, atau penyerobotan lahan. Wuiih,, pasti bakal nyambung terus, deh… entah itu cerita dari kita sendiri atau dari teman kita yang kita ceritakan lagi. Namun, seberapa sering kita mengangkat topik-topik menggemaskan tersebut dalam obrolan? Jika terlalu sering dan berapi-api, maka dalam pikiran saya bisa jadi kita sangat membenci perbuatan itu. Orang yang sering mengangkat topik menggemaskan, pasti punya banyak bahan yang akan dia ceritakan. Darimana dia mendapat cerita itu? Oke, begini. Jika kamu tidak suka bawang goreng dalam makananmu, sekecil apapun bawang goreng itu pasti b...

April 2015, Saya Masih Punya Hati, Kan?

Sebenarnya keadaan ini dimulai dari akhir tahun lalu, ketika Pemeritah menaikkan harga BBM, mencabut subsidi BBM, mengalihkan subsidi BBM—atau apalah namanya. Secara pribadi saya setuju tentang pengurangan subsidi BBM karena saya menganggap subsidi ini sudah tidak seharusnya lagi. Subsidi BBM paling banyak dinikmati di kota-kota besar, terlebih lagi di pulau jawa, yang SPBU-nya ada di setiap kecamatan. Untuk menggerakkan perekonomian katanya. Pikirkan saja sendiri, yang lebih butuh BBM untuk menggerakkan perekonomian di mana. Setidaknya itu dasar pemikiran saya tentang pengurangan subsidi BBM. Bagaimana dengan sebagian orang dengan ekonomi lemah maupun ekonomi menuju lemah? Tidak punya hatikah saya? Sampai saat ini saya masih tidak tahu jawabannya. Saya tidak punya hati?  Ini ujian. Saya meyakinkan diri saya, bahwa ini adalah ujian ekonomi. Dalam kurva penawaran dan permintaan, harga keseimbangan akan bergerak bergantung dari pergerakan permintaan dan penawaran. Setidaknya itu...

Salah Siapa?

Kita melihat banyak sekali penyimpangan, banyak sekali hal-hal negatif yang seharusnya tidak dilakukan, tapi kita hanya bisa merasa jengkel dan bertanya salah siapa? Suatu waktu di commuter line, kita melihat seseorang membuang sampah sembarangan tepat di depan kita. Suatu waktu, kita melilhat ibu-ibu dengan leluasanya membuang sampah di sungai yang menjadi pengendali banjir. Di suatu malam, anak SMP dengan leluasa mencumbu “kekasihnya” dengan nafsunya. Lalu, di berbagai media sosial kita tertawa dengan bangganya bahwa kita adalah generasi 90-an, lalu kita akan bisa bilang “kasian sekali generasi sekarang”. Semua itu salah siapa?  *** Ini orang buang sampah koq ya sembarangan sih, di tempat rapi bersih begini? Oalah bu... bu.. udah berumur koq ya ga punya malu tho? Buang sampah mbok ya di tempatnya gitu lho.. Astaghfirullah.. ini bocah-bocah kencing belom lempeng udah sebegitunya pacaran.. Rasain noh anak jaman sekara...