Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

EROPAH, Dengan Segala Kerendahan Hati

Mau bagaimanapun, mau jadi PNS ataupun karyawan swasta, tetap saja aku ini seorang pekerja. Pergi pagi, pulang malam setiap hari selama 5 hari. Yah, ada saat dimana aku menikmati waktu sibukku, ada saat aku bosan dengan waktu sok sibuk, ada kalanya pula aku senang dengan waktu senggang. Namun, waktu senggang itu harus dipaksakan ternyata. Yah, mulanya aku sebagai orang yang sering mengaku sebagai seorang yang suka buku merasa risih. Dulu, waktu awal-awal aku menjejakkan kaki di gedung ini, aku bisa setiap hari berkunjung ke perpustakaan, mengobrol dengan penjaga perpustakaan, atau sekadar  duduk sambil tidur siang yang diawali dengan membaca koran. Namun, seiring waktu berjalan aku semakin jarang berkunjung ke perpustakaan. Aku sudah peunya kesibukan sendiri sekarang. Aku sudah bekerja bukan hanya paruh waktu, namun penuh waktu. Dari pagi sampai menjelang malam. Atas dasar kerisihanku, aku bertekad untuk pergi ke perpustakaan, aku bakal meminjam buku novel. Aku harus mulai...

Ahh... Mariana...

22 Oktober 2014, pukul 09.32 Seorang bayi perempuan lahir pada hari itu. Wajahnya cantik, bibirnya merona, rambutnya halus. Ayahnya disampingnya memandanginya, rasa haru penuh syukur mendesak di dadanya, inilah putri pertamanya. Bertambah satu lagi bidadarinya. Mariana, bayi perempuan itu dinamakannya Mariana. Nama lengkapnya Mariana Sheezan Azzalfa. Cantik benar namanya, jika diartikan maka kau akan mendapati nuansa bahari di nama itu. Seorang wanita tangguh, cantik, lagi lembut bagaikan mutiara di lautan. Tapi hey, tunggu dulu. Kata sang ayah, ada makna lagi dibalik nama itu. Kesalnya, sang ayah coba sedikit berteka-teki, atau retorika mungkin lebih tepatnya. Dia bertanya tahukah kamu puncak tertinggi di dunia ini? Ya, aku tahulah, semua orang juga tahu! Namun pertanyaannya berlanjut ke titik terdalam di dunia. Aku tahu itu pasti lautan. Lautan atlantik mungkin. Ah, apa ya.. tak tahulah.. “Titik terdalam itu adalah sebuah palung. Letaknya di samudra pasifik di ...

Dulu, Tentu Lain Sekarang

Dulu, jika ditanya soal kesiapan kami—aku dan istriku—menikah, akan aku jawab dengan yakin bahwa aku siap. Siapkah kalian untuk menikah? Siapkah kalian dengan hal-hal yang akan kalian hadapi dalam pernikahan nanti? Siapkah dengan tanggung jawab yang lebih besar? Ya, kami siap. Aku siap, dia pun siap. Aku berkata dalam hati, aku yakin. Aku telah siap. Apapun yang akan terjadi nanti, akan aku hadapi, terlebih lagi tak ada kata aku dalam pernikahan nanti. Yang ada adalah kata kami. Bukan tentang aku atau kamu lagi, yang ada adalah kami. Bagaimanapun keadaan kami nanti, kami siap! Jangan tanya kami tentang kesiapan kami menghadapi badai. Semenit lagi datang pun kami siap! Akan kami hadapi badai itu. Sudah siapkah kalian menjadi orang tua? Sudah siapkah kalian mendidik buah hati kalian? Dengan tegas calon istriku—yang kini telah menjadi istriku—menjawab siap. Insya Allah saya siap. Bagaimana dengan jawabanku? Sudah siapkah aku menjadi ayah? Sudah siapkah aku  menggendong anakku? Me...

Sebuah Refleksi

Setiap hal memang selalu ada pertentangannya, atau mungkin bisa dikatakan pasangannya. Seperti memang sudah ketentuan Ilahi. Biasa disebut hal-hal yang alamiah. Sebagai pribadi, hal alamiah yang sering menimpaku adalah rasa bangga dengan diri sendiri dan kemudian, "Hei, aku in masih tidak ada apa-apanya". "Kalau kamu mau ngaca, banyak orang yang lebih dari pada dirimu". "Bahkan sebenarnya bagian dari dirimu bisa lebih dari dirimu".  Damn! aku selalu bersyukur dengan hal-hal ini. Hal yang membuat diriku tersadar. Satu pujian, kemudian terlenalah diriku. Di saat aku bermimpi ingin ke Eropa, seniorku di kantor malah sudah berangkat ke Amerika. Saat diriku ingin berkeliaran ke luar negeri, hanya sekadar berwisata, teman "setongkronganku" sudah pergi ke Bangkok. Saat yang lain sibuk mengisi waktunya dengan seminar, apa yang aku lakukan? Retorika, akan selalu ada. Aku pun masih berpikir apa yang menjadi fokusku? Mungkin aku terlalu takut u...

Catatan Ramadhan 2014

Tahun ini, aku masih kalah. Nafsu duniawiku terlalu kuturuti. Tahun lalu, sama sekali aku tak melaksanakan sunnah mu'akad. tahun ini, lagi-lagi kuulangi. Bahkan tekadku untuk meghabiskan membaca tuntas tak kuturuti. aku hanya sampai pada angka 9. Dengan adanya media ini, aku berusaha mengingatkan apa yang sudah aku lewatkan. Aku tidak ingin diriku terus sama seperti yang lalu-lalu. Aku tidak ingin diriku ini sama jeleknya. Aku ingin diriku sama bagusnya, lebih bagusnya, dengan yang sudah kuperbuat tahun lalu. Diriku kini, tidak ingin bertekad lagi. Aku kurang iman mungkin. Berusaha tanpa tekad apa namanya? Ingin berubah tanpa berbuat apa sebutannya? Wahai diri... Sadarlah apa yang telah kau perbuat.  Yang kau perbuat adalah menuruti nafsumu, sehingga kau tidak berbuat sesuatu apapun ramadhan tahun ini. Ketahuilah, wahai diri... Sesungguhnya kau adalah golongan yang merugi. Pada saatnya nanti Tak bisa bersembunyi Kita pun menyesali Kita merugi...

Sombong Songong, alah...

Pekerjaan paling enak itu mencela. Saya suka mencela. Saya adalah pencela ulung. Apapun kalau ada celah yang bisa dicela, saya akan mencela. Dengan sombong! Dengan dagu sedikit diangkat. Saya pakai pertamax, saya pakai BBM Non-Subsidi, ga kayak kalian orang-orang bermental miskin! Ga kayak kalian orang-orang yang cuma mau gratisan tapi ga bayar pajak! Dasar ga tahu diri! Tapi memang pada dasarnya, hanyalah Allah yang boleh berlaku sombong. Kita, manusia, hanyalah titik dalam keyboard yang dibandingkan dengan luasnya alam semesta. Sebagai makhluk, tiada berhak bagi kita untuk sombong. Bahkan kita tidak diperkenankan masuk surga bila ada sedikit pun kesombongan di dada.. Yah, aku kena batunya. Hingga tiba saat aku mencari perbandingan kompresi motor-motor yang ada di Indonesia . Damn! Ternyata memang spesifikasi sepeda motor di Indonesia cukup hanya memakai bensin dengan bilangan oktan rendah. Bila dipaksa dengan oktan yang terlalu tinggi dibandingkan dengan kompresi m...

My New Familiy (I Hope)

Aku harap inilah keluarga baruku Jum’at, 16 Mei 2014. Kantorku mengadakan rapat konsinyering. Aku berharap bisa mengajak istriku menginap di hotel, mengingat hari itu adalah hari jum’at. Esok hari libur! Jadi,  jika aku bisa mengajak istriku menginap di hotel itu, it will be nice! Very nice! Yah, beberapa jam berlalu. Aku berusaha tetap tenang. Istriku sudah datang. Dapat kesempatan atau tidak, nothing to lose, aku bisa pulang ke rumah. Tapi kan, ini weekend, pasti bakal banyak yang pulang.  Mereka pasti lebih ingin di rumah bersama keluarga mereka. Poin lebih buatku, aku membawa istriku ke sini, tidak perlu pulang. Dan, memang Inilah rumah kami untuk malam ini. Hahaha.. But, the other point is... Aku bisa memperkenalkan istriku kepada orang kantorku, kalian tahu? Mereka sudah hapal dengan keadaan istriku. Mereka hapal istriku sudah dua kali keguguran. Mereka hapal sekarang istriku sudah mengandung lagi. Mereka menasehati, bergurau sesekali. Ada garis batas ya...

Pertama

This is the first time! The first step! Pecah telur! Belah duren! Apapun istilahnya, inilah yang berhasil saya tulis pertama kali dalam blog ini. Saya ingin menulis lebih banyak lagi. Ingin menuangkan ide-ide lainnya. Sudah saatnya saya bukan hanya memperhatikan. Bukan hanya diam ataupun mengoceh sendiri. Saatnya menuangkannya! Untuk diri saya sendiri, Selamat!!!!