Saya sudah tidak ingat
kapan terakhir kali saya menulis di blog ini. Saya kira, saya terakhir kali
menulis di akhir tahun lalu. Tapi ternyata setelah saya membuka dashboar akun
blogger, tulisan terakhir saya ada di bulan Februari tahun ini. Saya merasa
senang, ternyata ga lama-lama amat saya tidak menulis.
Ilham menulis saya
kali ini adalah karena saya bisa dibilang, baru menyelesaikan membaca sebuah buku,
berbahasa inggris. Ini adalah buku berbahasa inggris ketiga yang saya baca. Judulnya,
“Comunist Manifesto”. Ya, bisa dibilang ini kumpulan beberapa karya tulis sih. Ada
tiga karya tulis di buku itu. Comunist Manifesto itu sendiri, The Condition of
the working class in England, dan Socialism.
Bagi saya, buku ini
cukup berpengaruh kepada pemahaman sejarah saya. Jujur saja, sebelum membaca
buku ini, saya tidak begitu tahu tentang kejadian perang dunia I dan perang
dunia II. Kenapa mereka bisa perang? Perasaan perang dunia I dipicu oleh
pembunuhan putra mahkota Austria. Elah, perasaan tuh negara gak ada pengaruhnya
deh. Eit. Yang dibunuh itu adala putra mahkota kekaisaran Austria-Hongaria. Beda
lagi sama Austria sekarang. Austria-Hongaria lebih luas wilayahnya.
Lah, hubungannya
manifesto komunis sama perang dunia apa?
Entah, kalau pada
perang dunia I, bisa jadi ada bisa jadi ga ada. Tapi kala pada perang dunia II,
komunisme sudah menyebar dengan luas, dan bahkan Hitler pun tidak suka dengan
orang-orang komunis, jadi mungkin itu salah satu sebab Hitler pada akhirnya
menyerang Rusia.
Lha kalo hubungannya
ga bisa ditentukan, terus gimana bisa dibilang berpengaruh? Lho, kan karena
buku ini saya jadi penasaran sama perang dunia, karena buku ini saya jadi penasaran
sama jalannya sejarah. Saya jadi ga skeptis lagi sama sejarah internasional. Kalau
soal sejarah Indonesia, titik hilangnya ke-skeptis-an saya adalah selepas
membaca buku TAN.
Baik, mungkin saya
cukupkan tulisan saya kali ini. Bisa jadi kurang berfaedah bagi pembaca. Namun,
saya kembali diingatkan bahwa tulisan adalah salah satu cara kita meninggalkan
jejak bahwa kita pernah berpikir, bahwa kita pernah berpendapat. Ada juga yang
bilang bahwa aku menulis, maka aku ada. Jadi, secetek apapun kelihatannya
tulisan saya, se-tidak mutu apapun, ini adala proses saya dalam mengasah pemikiran
saya.
Komentar
Posting Komentar